Sunday 25 May 2008

STRAIGHT EDGE DAN AKU…



Mungkin tidak pernah terpikir di benak personel Minor Threat bahwa lagu yang dibuatnya akan melahirkan secara tidak sengaja sebuah kultur yang hingga kini belum padam. Bahkan semakin membesar. Ya! Straight Edge…. Nama itu dan prinsip-prinsip yang ada di dalamnya memang diambil dari lagu yang dimiliki oleh Minor Threat, yang konon Ian MacKaye(vocal) sendiri justru tidak pernah mengeklaim dirinya sebagai straight edge kid walau dalam hidupnya dia mengaplikasikan gaya hidup positif ala straight edge. Entah mana yang benar... Meski harus diakui Minor Threat cukup berjasa besar dalam kelahiran kultur positif ini, tapi aku merasa bahwa kita tidak perlu mengagung-agungkan atau mengkultuskan secara berlebihan terhadap Minor Threat dan band-band lainnya yang cukup berjasa dalam membesarkan sXe. Yah...sewajarnya saja lah. Karena pada akhirnya, diri kita lah yang berhak memutuskan semua yang akan kita lakukan. Bukan mereka.

Tidak akan aku bahas panjang lebar disini tentang seluk beluk straight edge. Cukup sekilas saja. Karena sebenarnya aku hanya ingin berbagi pengalamanku mengenai straight edge dan diriku. Mengenai sejarah dan segala hal tentang straight edge bisa dicari lewat google:D Tapi hati-hati, internet adalah dunia maya luas yang di dalamnya hanya terdapat pemisah tipis antara berita yang benar dan yang salah. Ada banyak artikel tentang straight edge yang dikupas dengan benar, ada pula yang menyesatkan.

Dari sudut pandangku sendiri, straight edge (sXe) bukanlah agama, dogma ataupun set of rule yang akan mendikte apa yang harus kita lakukan. Tapi sXe adalah mutlak pilihan pribadi sebagai motivasi dan self-control untuk hidup positif tanpa meracuni tubuh dengan rokok, alcohol, drug dan casual sex(beberapa orang tidak menyertakannya sebagai konsep utama). Pada perkembangannya, banyak yang menjadikan vegetarian/vegan dan anti-kafein menjadi bagian dari kehidupan sXe kid karena mereka percaya vegetarian/vegan dan anti-kafein adalah termasuk gaya hidup positif. Tapi itu tidak mutlak. Karena vegetarian/vegan dan anti-kafein bukanlah murni bagian dari sXe.

Straight Edge itu sendiri lahir pada tahun 80an di dalam scene punk. Tapi pada perkembangannya, prinsip-prinsip sXe banyak diadopsi oleh orang-orang di luar scene punk/hardcore. Baik itu skinhead, rude boy bahkan pop star dan lainnya. Tapi hal itu bukan lah suatu masalah. Justru itu adalah hal yang baik. Karena sXe tidak memaksa kita harus menjadi punk/hardcore kid terlebih dulu untuk menjadi sXe. Walaupun setidaknya cukup tahu mengenai histori dan seluk beluk mengenainya. Bukankah akan menjadi sangat konyol kalau kita mengikuti suatu kultur tapi kita sendiri tidak tahu mengenai seluk beluk kultur tersebut :D

Dalam kenyataannya, banyak sekali orang di dalam scene punk/hardcore yang bergaya hidup positif tapi tidak mau mengeklaim dirinya seorang sXe. Pada umumnya mereka mempunyai alasan karena tidak mau diatur oleh aturan-aturan, karena ingin lebih bebas, karena pengeklaiman hanya menimbulkan kesan ekslusivitas dan berbagai alasan lainnya. Itu bukan masalah. Karena yang terpenting bukanlah mengenai pengeklaiman tersebut, tapi lebih penting pengaplikasian prinsip hidup positif dalam kehidupan sehari-hari. So, tidak ada larangan atau keharusan dalam pengeklaiman diri.

Tapi menurutku pribadi, mengeklaim diriku sebagai sXe tidak membuatku terkekang oleh definisi dan aturan. Karena sekali lagi, sXe bukanlah sekumpulan aturan yang mengharuskan kita begini atau kita begitu. Dan bagiku, mengeklaim diriku sebagai sXe kid bukan berarti kita mengeksklusifkan diri dari orang non-straight edge, toh pada pengaplikasiannya sXe kid tetap berbaur dengan non-straight edge. Bahkan kadang berbaur dalam satu scene dan membuat acara bersama. Kalaupun di beberapa daerah terjadi ekslusivitas sXe kids yang mengucilkan diri dari orang-orang non sXe, berarti ada yang salah dalam pemikiran sXe kid atau orang non-sXe tersebut mengenai pemahaman mereka tentang sXe. Karena menjadi sXe bukan berarti lebih baik dari mereka yang bukan sXe. Tapi menjadi sXe adalah sebuah personal choice untuk melakukan perubahan dalam diri kita dengan cara kita dan itu tidak bisa dipaksakan!

Aku pribadi tidak suka menggembar-gemborkan label sXe pada diriku secara berlebihan. Karena bukan label yang terpenting, tapi pengaplikasian dalam kehidupan nyata. Percuma menggunakan sXe watch, sXe shirt, sXe jacket atau ratusan pin sXe di tas-mu kalau pada pengaplikasiannya NOL BESAR. Karena melabeli diri dengan straight edge tidak membuat merasa lebih suci dari yang lain. It’s personal-choice, dude!
Walau emang sih, banyak banget orang yang sinis terhadap sXe. Dianggap sok suci lah, sok eksklusif lah dan anggapan-anggapan lain. Aku sendiri pernah juga disindir dengan sinis waktu awal-awal menjadi sXe. Dicap sok suci, sok bersih. Awalnya sih sebel juga. Tapi lama-kelamaan aku cuekin aja. Lagi pula aku hanya membenci barangnya, bukan penggunanya. Aku benci rokok/alkohol/drug, tp aku ga benci penggunanya. Temenku banyak juga yang merokok/minum/nge-drug. Tapi aku ga benci mereka.

Aku mendengar nama sXe sekitar 8-9 tahun yang lalu ketika aku masih SMP. Aku tahu kultur itu dari booklet/newsletter yang dibawa kakakku. Saat itu kubaca artikel tentang sXe dan vegetarian. Bukan sXe yang menarik bagiku saat itu, karena karena ketika itu aku sedang senang-senangnya menghisap ”Tuhan beberapa sentimeter” bernama rokok . Tapi justru vegetarian yang menarik bagiku saat itu. Dan coba-coba lah aku menjadi vegetarian. Akhirnya hanya bertahan 3 bulan saja...Hahahahaha...Mungkin karena belum ada kesadaran dan pemantapan hati ketika saat itu memutuskan untuk menjadi vegetarian. Dan setelah itu, issue tentang sXe dan vegetarian tidak lagi menarik bagiku. Apalagi beberapa bulan setelahnya, asap rokok, alkohol dan ”heaven’s leaf” memanjakanku dengan kenikmatan semu-nya.

Hingga akhirnya sekitar tahun 2003 aku mendapat sebuah newsletter berkonsep straight edge vegan punk/hardcore dari temanku. Di situ lagi-lagi dibahas mengenai sXe dan vegetarian. Saat itu karena tidak ada kerjaan, kubaca aja. Lagi pula newsletter itu gratis.

Berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya, saat itu aku benar-benar membacanya dalam-dalam mengenai ulasan tentang sXe dan vegetarian itu. Padahal isinya sudah kupahami bertahun-tahun sebelumnya. Tapi tidak lantas aku langsung menjadi seorang vegetarian sXe. Aku cukup dewasa untuk tidak menjadi bunglon yang bisanya hanya ikut-ikutan tanpa berpikir panjang. Hanya saja saat itu aku sudah merasa bahwa filosofi sXe dan vegetarian yang tertulis di artikel itu adalah benar, positif dan sangat masuk akal. Meski saat itu aku masih merokok, aku tetap tertarik untuk mencari seluk beluk tentang sXe dan vegetarian. Bersamaan dengan itu, aku mulai meninggalkan rokok, alkohol dan daging. Sedangkan ”heaven’s leaf” sudah kutinggalkan jauh sebelum itu. Tapi walau sudah begitu. aku tidak mengeklaim diri sebagai sXe dan vegetarian. Karena aku tidak mau mengeklaim sesuatu tanpa aku benar-benar paham terlebih dahulu. Dan aku tidak mau menjadi sXe atau vegetarian hanya agar terlihat keren dan berani beda. Baru kemudian beberapa saat setelahnya, baru aku benar-benar mantap untuk mengeklaim diri sebagai sXe kid dan vegetarian. Pengeklaiman itu bukan berarti aku lalu membuat pengumuman kepada teman-temanku bahwa aku telah menjadi sXe dan vegetarian. Tapi cukup mengeklaim dalam hatiku saja.

Kalau aku juga menjadi seorang vegetarian bukanlah karena banyak sXe kids yang juga vegetarian Tapi semata-mata karena memang alasan-alasan untuk menjadi vegetarian dan efek positifnya adalah sangat masuk akal bagiku.

Seiring berjalannya waktu, aku semakin merasa mantap bahwa kita semua bisa hidup tanpa mengkonsumsi rokok, drug, alkohol, casual sex dan daging. Bahkan kita tetap bisa beraksi gila-gilaan di atas panggung tanpa hal-hal tersebut!

Straight Edge, Vegetarian dan Agamaku (ISLAM)
Ada pertanyaan yang menurutku lucu pernah dilontarkan temanku ketika aku bercerita kenapa aku menjadi sXe dan vegetarian. Dia bertanya, ”Kenapa harus menjadi sXe dan vegetarian? Apa agamamu itu saja tidak cukup untuk menjadi pengontrol dirimu? Bukankah agama sudah cukup untuk menjadi dasar dalam mencapai kehidupan yang positif?”
Hmmm... Sebenarnya bukan hal yang susah untuk menjawabnya. Hanya saja, menghadapi penanya yang hobinya ngeyel tanpa dasar haruslah menjawab dengan hati-hati dan gamblang.

Dan kujawab,
bagiku straight edge dan vegetarian bukanlah agama baru. Menjadi sXe dan vegetarian juga tidak menurunkan fungsi agama dalam hidupku. Kalau diibaratkan sebuah rumah dengan pagar, maka aku adalah rumah dan pagar-pagar itu adalah prinsip. Prinsip itu bisa agama, sXe, vegetarian dan prinsip-prinsip lain dalam hidupku. Diibaratkan sebuah pagar, maka bagiku, agama adalah pagar utama sedangkan prinsip lainnya (termasuk sXe dan vegetarian) adalah pagar tambahan yang fungsinya membantu menambah kokoh dalam fungsinya sebagai pelindung rumah. Selama pagar-pagar itu tidak saling bersilangan, bukankah tidak akan masalah? Justru rumah itu semakin terlindungi. Dan prinsip-prinsip sXe dan vegetarian menurutku tidak ada yang melanggar aturan-aturan agamaku. Apakah Islam akan mendosakan orang yang tidak merokok, tidak minum alkohol, tidak menggunakan narkoba, menolak casual sex dan tidak makan daging? Tidak kan? Memang sih, tidak ada ajaran dalam Islam yang mengharamkan daging. Tapi tidak ada pula kan di dalam ajaran Islam yang mewajibkan makan daging?

Lalu temanku bertanya lagi, ”Pada Idul Adha bukankah dilakukan penyembelihan hewan sebagai korban?”. Yup benar. Sebagai seorang muslim yang vegetarian, sering sekali aku mendapat pertanyaan seperti ini. Dan jawabanku tetap sama. Walau mungkin terdengar konyol. Bagiku, penyembelihan hewan sebagai korban ketika Idul Adha itu lain soal. Penyembelihan itu nyata-nyata diwajibkan olehNya. Tapi kita tidak diwajibkan untuk memakan dagingnya kan? Bahkan justru daging itu lebih pantas diberikan kepada kaum miskin. Selain itu, aku percaya bahwa hewan yang mati saat Idul Adha mati dengan bahagia karena dia memenuhi kewajibannya pada hari Idul Adha dan mereka disembelih dengan cara yang baik dengan perlakuan yang baik pula. Berbeda dengan hewan yang mati hanya untuk memuaskan nafsu lidah kita. Tapi bagaimana juga, itu tergantung kepercayaan kita masing-masing...Yang jelas, tidak ada ajaran dalam agamaku yang mewajibkan kita untuk makan daging :D. Wah malah jadi melenceng terlalu jauh ke topik vegetarian nih..Hehehe...Cukup itu dulu deh masalah vegetariannya, mungkin nanti aku akan menulis pengalaman dan pandanganku tentang vegetarian.

Dan akhirnya, aku sendiri tidak tahu sampai kapan aku tetap menjadi seorang sXe dan vegetarian. Berubah? Hmmm... Aku tidak mau bilang ”Aku tidak akan berubah”. Karena perubahan itu adalah hal yang wajar, selama perubahan itu terjadi melalui pemikiran yang mendalam, bukan karena ikut-ikutan semata. Yang jelas, selama aku masih bisa bertahan hidup tanpa rokok, alkohol, drug, one night stand sex dan daging, aku akan tetap berusaha mempertahankannya.



p.s: Sorry buat temen-temen kalau ada yang mungkin kurang berkenan dengan tulisanku di atas. Itu hanyalah curahan pikiranku semata. Kita masih berada di negara yang memperbolehkan warganya untuk mencurahkan pikirannya bukan?:D Buat temen-temen yang mau komentar, mengkritik, mencerca, menghina atau berbagi pengalaman, silakan tulis aja di comment box. Tapi lagi-lagi mohon maap, kalo misal ada yang ga sempet kutanggepi. (walah...sok banget...hahahaha)
* gambar sXe diambil dari situs lain. (maap lupa alamatnya) :D