Friday 20 June 2008

DRUGS DEALERS MUST DIE!!!

Maaf kalau judulnya terkesan kasar. Tapi apa yang diperbuat drug dealer lebih kasar dan kejam bagi banyak orang. Tentunya yang dimaksud disini adalah drug dealer yang menjual obat-obat terlarang yang sangat rentan penyalahgunaannya. Kalau banyak orang biasa bilang bandar, BD atau sebutan lainnya.

Seperti sebuah deret ukur, jumlah pemakai narkoba di Indonesia kian hari kian meningkat. Korban terus berjatuhan. Menurut hasil penelitian dari Lembaga Pranata Universitas Indonesia dan Badan Narkotika Nasional (BNN) selama tahun 2003, pemakai obat terlarang sudah mencapai sekitar enam juta orang, atau hampir mencapai 3 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Dari jumlah itu, 1,3 juta di antaranya berada di Jakarta, sementara kota-kota besar lainnya seperti Yogyakarta, Medan, Surabaya, dan Bali, rata-rata di bawah satu juta orang.(http://www.suarapembaruan.com)

Banyak yang bilang hubungan penjual dan pembeli itu semacam hubungan ayam dan telor. Mana yang lebih dulu ada? Tentu banyak orang bingung. Mana yang lebih dulu ada, bandar atau pengguna? Tergantung. Tapi dalam kasus narkoba ini, peran penjual jauh lebih besar dalam membantu penyebaran barang-barang tersebut. Mengapa yang harus lebih diutamakan adalah membasmi penjualnya tapi bukan membasmi konsumennya? Jawabnya adalah karena hal itu lebih efektif. Ya! Umpamakan di dunia ini tidak ada penjual narkoba, tentu tidak akan ada yang mengkonsumsinya walaupun jutaan orang mencarinya. Tapi andaikata kondisinya di balik, seumpama di dunia ini tidak ada pengguna narkoba tapi terdapat satu saja penjual narkoba, jelas mau tidak mau penjual itu akan berupaya dengan segala cara agar mendapatkan konsumen sebanyak mungkin. Karena itu lah membasmi bandar narkoba lebih efektif dibanding membasmi satu persatu pengguna narkoba. Itu disebabkan lagi karena jumlah penjual narkoba pasti lebih sedikit dari penggunanya. Ibaratkan 1 penjual mempunyai pelanggan 10 orang, dengan membasmi penjual yang jumlahnya satu tersebut lebih mudah dibanding membasmi penggunanya yang sepuluh orang tersebut. Dengan melenyapkan 1 penjual cukup membuat 10 pelanggan kelimpungan untuk mendapatkan barang-barang tersebut. 

Itu lah mengapa judul artikel ini "DRUG DEALER MUST DIE!!!" bukan "DRUG USER MUST DIE!!!"
Sebagian besar pengguna narkoba mulai menggunakan obat-obat tersebut karena dijebak kawannya, dipengaruhi lingkungan, jiwa yang tidak stabil, masalah keluarga dan lain-lainnya yang pada akhirnya menyebabkan terjerat dalam jaring-jaring narkoba. Tapi, penjual narkoba jelas-jelas dengan sadar dan segala upaya mencoba memasarkan barang-barang tersebut hanya dengan satu alasan: UANG! Mereka tidak akan peduli akan kenyataan bahwa pelanggannya semakin mirip mayat hidup yang terkucil dari pergaulan karena dia seorang pengguna. 

Terkadang masalah narkoba ini bertentangan dengan konsep kebebasan dan hak asasi manusia. Sebagian orang menganggap menggunakan narkoba adalah suatu kebebasan. Selama tidak mengganggu orang lain ya tidak masalah. Tapi mereka tidak sadar bahwa sesungguhnya perbuatan mereka menggunakan narkoba itu sudah merugikan baik dirinya sendiri maupun orang lain. Karyawan yang menggunakan narkoba tidak mampu bekerja maksimal, jelas itu akan merugikan tempat dimana ia bekerja. Ibu yang menggunakan narkoba terkadang membuatnya enggan mengurus rumah tangga, itu jelas merugikan keluarganya. Orang yang menggunakan narkoba terkadang terjerat utang untuk memuaskan keinginannya membeli narkoba dan itu sering membuatnya menjadi seorang pencuri, jelas itu akan merugikan orang disekitarnya. Itu hanya sebagian contoh kecil dari penggunaan narkoba. Jadi, sudah saatnya menghilangkan pendapat bahwa menggunakan narkoba adalah kebebasan pribadi yang tidak merugikan orang lain.

Tidak ada kata terlambat untuk memerangi penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Lakukan langkah-langkah nyata yang walau terlihat sepele namun berarti, misal:
- Menyebarkan informasi tentang bahaya narkoba, baik hanya melalui obrolan di kantin kampus maupun melalui seminar.
- Jangan jauhi pengguna narkoba (tapi juga jangan terpengaruh untuk menjadi pengguna:p). Karena terkadang mereka sebenarnya ingin sembuh, tapi belum mampu. Diperparah kondisi lingkungan yang mengucilkannya, akan membuat mereka semakin terperosok. Akan lebih baik apabila kita bisa mengajaknya untuk berkegiatan positif atau bahkan membantu menyembuhkan ketergantungannya.
- Mulailah dengan teriakan : "DRUG DEALER MUST DIE!!!"



drugXfreeXyouth

Baca semua......

Saturday 7 June 2008

FPI = Front Pembela Islam atau Front Perusak Islam???


Lagi-lagi FPI berulah. Minggu 1 Juni 2008 mereka membabi buta menyerang anggota AKKBB yang sedang merayakan kelahiran Pancasila. Hingga tulisan ini aku posting, banyak sekali versi cerita dibelakang kejadian tersebut. Ada yang berkata pihak AKKBB yang memulai memprovokasi dengan ejekan kepada FPI, ada yang berkata FPI yang memulai, ada pula yang berkata karena kesalahan tempat pengumpulan massa AKKBB. Entah mana yang benar. Yang jelas, kejadian ini sudah kesekian kalinya FPI melakukan tindakan main hakim sendiri. Seolah mereka "polisi swasta" sekaligus "hakim" yang berhak setiap saat melakukan pemvonis-an secara sepihak.

Di luar masalah ahmadiyah yang tidak jelas ini, FPI sudah melakukan sekian aksi "superior"nya mulai dari pengrusakan tempat hiburan hingga penyerangan terhadap demonstran. Dan sayangnya, sebagian besar kasus-kasus itu tidak ditindaklanjuti secara tegas oleh pemerintah. Apakah memang benar ada kongkalikong antara FPI dan pemerintah? Entah lah...

Walaupun aku bukan seorang muslim yang pandai masalah agama, tapi aku yakin seyakin-yakinnya bahwa Islam tidak pernah menghalalkan kekerasan semacam itu. Apalagi perbedaan-perbedaan yang ada itu masih bisa didialogkan. Sayangnya, sang malaikat penghacur alias FPI, dengan garangnya membawa pentungan dan berbagai alat lalu membabi buta bertindak brutal sembari meneriakkan Allahu Akbar....Seolah-olah perbuatan mereka tersebut sudah direstui oleh Allah.

Dengan membawa nama FRONT PEMBELA ISLAM, mereka merasa sudah melindungi Islam dari berbagai serangan dan gangguan. Hmmm...Tapi setelah melihat aksi mereka selama ini, kok aku jadi bingung. Sebenarnya siapa yang sesungguhnya merusak Islam? Bukankah tindakan mereka justru membuat Islam semakin dicap sebagai agama kekerasan. Padahal sebenarnya TIDAK!

Oleh karena itu, patut dipertanyakan lagi kepanjangan dari FPI. Apakah Front Pembela Islam atau Front Perusak Islam???
Perlu dipertanyakan pula apakah FPI masih perlu dipertahankan keberadaannya???

Baca semua......

Tuesday 3 June 2008

PRINSIP + PARANG = FASIS

Ketika pertama mendengar kata fasisme, yang terbayang di pikiran kita adalah Mussolini dan Hitler. Yup! Tidak dapat dipungkiri bahwa popularitas fasisme dipupuk oleh keberadaan mereka.

Fasisme merupakan sebuah paham politik yang mengangungkan kekuasaan absolut tanpa demokrasi. Dalam paham ini, nasionalisme yang sangat fanatik dan juga otoriter sangat kentara. Kata fasisme diambil dari bahasa Italia, fascio, sendirinya dari bahasa Latin, fascis, yang berarti seikat tangkai-tangkai kayu. Ikatan kayu ini lalu tengahnya ada kapaknya dan pada zaman Kekaisaran Romawi dibawa di depan pejabat tinggi. Fascis ini merupakan simbol daripada kekuasaan pejabat pemerintah. Pada abad ke-20, fasisme muncul di Italia dalam bentuk Benito Mussolini. Sementara itu di Jerman, juga muncul sebuah paham yang masih bisa dihubungkan dengan fasisme, yaitu Nazisme pimpinan Adolf Hitler. Nazisme berbeda dengan fasisme Italia karena yang ditekankan tidak hanya nasionalisme saja, tetapi bahkan rasialisme dan rasisme yang sangat sangat kuat. Saking kuatnya nasionalisme sampai mereka membantai bangsa-bangsa lain yang dianggap lebih rendah(http://id.wikipedia.org).

Tapi benarkah fasisme hanya berkutat pada seputar kecintaan berlebihan terhadap negara atau pemerintahan? Tidakkah kita sadar bahwa banyak sekali fasisme dalam bentuk lain di sekitar kita yang bersembunyi dibalik topeng yang beraneka ragam. Termasuk di dalam suatu golongan.

Golongan??! Yup!
Bukankah bisa kita lihat di sekitar kita betapa banyak golongan yang dengan prinsipnya masing-masing saling memaksakan kehendaknya dengan cara kekerasan terhadap golongan lain yang mungkin tidak sependapat dengan prinsipnya? Mereka merasa paling benar. Entah golongan itu berupa partai politik, kaum penganut ideologi tertentu atau bahkan AGAMA! Walau tidak semuanya seperti itu.

Tanpa sadar, kecintaan dan kepercayaan mereka terhadap prinsip yang mereka pegang telah menjadi sebuah janin yang akhirnya akan melahirkan bibit-bibit fasis 
dalam bentuk lain bahkan rasis. Tanpa sadar ketika mereka berusaha memaksakan prinsipnya dengan kekerasan kepada orang lain itu saja sudah cukup untuk melahirkan sebuah sikap fasis. Sebuah sikap yang tidak menghargai perbedaan.

Sudah berapa banyak orang yang menjadi korban fasisme dalam jenis tersebut? Tidak terhitung jumlahnya, sobat! Coba hitung saja korban keganasan kaum puritan hingga korban Zionisme keparat. Korban dari kepicikan Noe-Nazi hingga kebodohan supporter klub sepakbola fanatik sempit. Korban dari keparanoid-an George Bush hingga korban kaum straight edge gadungan yang mengaku sebagai ”hardline” tanpa dia paham apa itu definisi ”hardline” sesungguhnya.. Dan masih banyak lagi...

Sudah saatnya kita menghargai perbedaan. Hidup berdampingan tanpa memperuncing perbedaan. Dan melihat betapa terselubung dan luasnya makna fasisme, sudah saatnya kita berkaca dan bertanya kepada diri kita sendiri apakah kita termasuk fasis?

Baca semua......