Saturday 13 September 2008

Punk dan Hardcore Hari Ini (Part 2)

Sebelumnya aku mau menegaskan bahwa tulisan ini sangat murni subyektif dari sudut pandangku sendiri. Jadi, seperti yang kita tahu bahwa dari sudut pandang subyektifitas, dalam beropini tidak ada benar atau salah, karena subyektifitas adalah segalanya. Walaupun tetap ada konsekuensi mutlak dibaliknya.

Oke, lanjut bleeeh...
Punk/hardcore hari ini tak ubahnya sekumpulan orang penggemar musik non-mainstream(?) atau boleh dibilang sedikit cadas, tanpa ada pengaplikasian dalam pemikiran dan kehidupan sehari-harinya. Pendapat seperti itu sering terlontar dibenak beberapa orang bahkan mungkin kamu.

Menurutku ada benarnya juga pendapat tersebut. Walau mungkin pedapat tersebut hanya berlaku pada sebagian orang saja (atau sebagian besar..hehe). Aku pribadi bukanlah siapa-siapa dan bukanlah apa-apa di dalam scene. Bukan pula seorang ’aktivis’ tongkrongan dalam scene punk/hardcore. Mungkin dulu memang aku ’hang out’ bersama teman-teman di komunitas Tapi aku menolak untuk disebut sebagai ’aktivis’ tongkrongan karena memang intensitasku sangat minim. Mungkin karena disebabkan masalah waktu saja. Tapi dengan begitu, justru aku bisa memposisikan diriku sebagai orang yang melihat kondisi scene dari sudut pandang yang lain.

Sangat disayangkan memang, jika kita lebih berkutat dengan masalah musik dan fashion semata. Tanpa ada suatu ’rebel’ dalam pengaplikasian di kehidupan sehari-hari. Mungkin sudah terlalu klise kita membicarakan masalah rebellion pada saat ini. Tapi menurutku, justru itulah inti dari sub-kultur ini. Tidak terbatas pada masalah musik dan lirik semata, apalagi fashion.

Oke lah... Memang dalam bermusik kita bisa dibilang sangat rebel. Sangat berbeda dengan selera orang kebanyakan. Tapi apakah hidup ini hanya sebatas musik dan lirik semata? Kita sangat hobi meneriakkan semangat brotherhood, anti ini, anti itu, fuck ini, fuck itu, tapi apakah rebel kita hanya sebatas itu? Hanya terbatas pada apa yang kita nyanyikan? Bahkan kalau boleh berpendapat, kita bisa sangat rebel tanpa lirik-lirik garang. Kita bisa sangat rebel walau kita menyanyikan lagu cengeng. Benarkah? Ya! Karena ada suatu media yang bisa kita gunakan sebagai media rebellion.Yaitu hidup kita sehari-hari.

Apakah rebel yang dari tadi aku maksud itu lantas anti ini, anti itu, lawan ini, lawan itu?? Tidak bro! Mungkin sedikit terinspirasi pendapat beberapa orang yang cukup cerdas membahas masalah rebel 4 life. Bahwa rebel itu tidak lantas asal-asalan lawan ini, lawan itu, anti ini, anti itu. Tidak asal ikut-ikutan. Karena suatu rebel yang akan kita lakukan itu hanya kita yang tahu pasti. Mungkin bagi orang lain hal tersebut bukanlah suatu rebellion, tapi bagi kita itu sangat rebel. Atau sebaliknya, mungkin bagi kita hal tersebut tidak rebel, sedangkan bagi orang lain hal tersebut adalah bentuk rebel dia.

Jadi rebel yang kumaksud bukanlah rebel tolol yang asal ingin tampil beda semata. Tapi suatu rebel yang kita pribadi mempunyai dan memahami alasan untuk melakukannya. Subyektifitas sangat berperan di dalamnya. Ya... Aku ambil contoh, mungkin kamu merasa politik praktis adalah media yang cocok bagimu untuk melawan kondisi politik yang itu-itu saja, ya silahkan rebel dengan media politik. Atau misal kamu merasa bahwa rokok adalah suatu hal yang sangat memuakkan, ya silahkan melakukan suatu rebel dalam kehidupanmu untuk tidak menggunakan rokok seperti yang lain bahkan mungkin bergabung dengan organisasi anti-rokok... Atau misal lagi kamu merasa bahwa agama adalah kebohongan publik semata, ya silakan menjadi atheis atau agnostic sebagai bentuk rebel-mu. Atau sebaliknya, mungkin kamu merasa bahwa atheis hanyalah bagi orang-orang tolol, ya silakan ber-rebel dengan menjadi umat beragama yang baik. Atau mungkin kamu merasa animal-exploitation semakin parah, ya silakan rebel dengan menjadi aktivis animal-rights. Bahkan kamu bisa menjadi sangat rebel dalam hal positif ketika kebanyakan orang dengan enaknya membuang sampah sembarangan, tapi kamu melawan itu semua dengan tidak menjadi seperti mereka, dengan mendisiplinkan dirimu untuk membuang sampah pada tempatnya.... Jadi sekali lagi, mungkin kita sendiri yang paham mengenai rebel yang kita lakukan. Tapi tentunya dalam batas sebuah rebel yang cerdas, bertanggungjawab dan tidak merugikan orang lain.

Sudah saatnya, kita tidak hanya berkutat masalah musik, lirik dan fashion. Musik dan lirik bahkan fashion, itu hanya salah satu media kita dalam mengekspresikan rebel kita. Menjadi seorang punk/hardcore itu saja sudah menjadi suatu rebel yang positif. Positif di sini tidak dalam konteks straight edge atau positive youth, tapi dalam konteks yang lebih luas. Sayangnya, hal positif itu tidak akan berarti apa-apa jika hanya menjadi slogan yang kita teriakkan dan nyanyikan semata.

----------------------------------------------------------------------------------
Kamu merasa tulisan di atas terkesan menggurui, sok tahu, sok paham, sok rebel dan sok-sok lainnya? Terserah.... Yang jelas bukan itu maksudku menulis artikel di atas. Aku hanya ingin beropini saja :D

Baca semua......