Wednesday 8 October 2008

Orasi band straight edge di atas panggung: apakah suatu intervensi?


Berawal dr obrolan dengan teman yang “curhat” bahwa dia sedikit risih dengan tingkah sebuah band sXe yang saat manggung menyuruh penontonnya mematikan rokok. Temenku tadi berkata, bahwa apa yang dilakukan band tersebut adalah suatu intervensi bagi penonton. Benarkah? Kita tidak bisa menghakimi hanya berdasar kisah dari temenku tersebut, karena tentu akan ada banyak sekali sudut pandang dalam memandang masalah tersebut.

Oke, sekarang mari kita coba kesampingkan dulu kasus di atas. Dan kita coba melihat lebih umum. Tidak dipungkiri bahwa hampir semua band yang mengklaim sebagai band straight edge melakukan orasi tentang sXe di atas panggung. Sekarang, apakah itu bisa disebut intervensi (kalau tidak boleh disebut intimidasi)?

Sebelum kita putuskan apakah itu termasuk sebuah intervensi atau bukan, coba lihat band lain. Coba lihat band anarkis yang di panggung selalu mendengung-dengungkan semangat anarkismenya. Atau band feminis yang selalu berkoar tentang jender. Atau mungkin band lain yang hobi kampanye lingkungan, atheis, anti premanisme dan lain-lain. Apakah itu juga intervensi?

Jika kita memandang lebih cerdas dan dewasa mengenai orasi yang selalu dikoarkan band di atas panggung, kita tidak akan menganggapnya sebagai intervensi, apalagi intimidasi. Termasuk orasi yang dilakukan oleh band straight edge. Karena apa yang mereka lakukan adalah suatu bentuk kebebasan berekspresi dalam menyampaikan pesan semata. Sama halnya dengan band anarkis, feminis, environmentalis dan lainnya yang menyampaikan pesan melalui performa-nya di atas panggung. Justru dengan orasi tersebut, kita jadi tau pesan yang disampaikan band melalui aksi panggung dan lagu-lagunya. Karena tanpa orasi seperti itu, tentu cukup sulit menangkap apa yang menjadi isi dari lagu yang dia bawakan mengingat lagu dibawakan kebanyakan dengan bahasa inggris dan suara yang tidak semua bisa mendengarnya, belum lagi kalau sound-nya jelek. Kecuali kita sudah membaca liriknya sebelumnya.

Tentu kita bukanlah kerbau yang dicocok hidungnya lantas nurut-nurut aja apa yang disampaikan oleh band tersebut. Pada akhirnya akan kembali pada diri kita, jika setuju dengan pesan mereka ya ikuti, jika tidak ya tidak usah didengarkan. Simple kan?

Kembali ke kasus semula, apakah orasi yang dilakukan band sXe tersebut adalah suatu intervensi? Selama masih dalam bentuk orasi yang wajar, saya rasa itu bukanlah intervensi. Walaupun kata “wajar” ini based on condition...Tapi tentu kita sudah cukup cerdas dan dewasa untuk mengetahui yang wajar dan tidak. Dan yang terpenting adalah jangan hanya karena tidak setuju dengan pesan yang disampaikan lantas menganggapnya sebagai sebuah bentuk intervensi atau intimidasi. Be smart...