Tuesday 3 June 2008

PRINSIP + PARANG = FASIS

Ketika pertama mendengar kata fasisme, yang terbayang di pikiran kita adalah Mussolini dan Hitler. Yup! Tidak dapat dipungkiri bahwa popularitas fasisme dipupuk oleh keberadaan mereka.

Fasisme merupakan sebuah paham politik yang mengangungkan kekuasaan absolut tanpa demokrasi. Dalam paham ini, nasionalisme yang sangat fanatik dan juga otoriter sangat kentara. Kata fasisme diambil dari bahasa Italia, fascio, sendirinya dari bahasa Latin, fascis, yang berarti seikat tangkai-tangkai kayu. Ikatan kayu ini lalu tengahnya ada kapaknya dan pada zaman Kekaisaran Romawi dibawa di depan pejabat tinggi. Fascis ini merupakan simbol daripada kekuasaan pejabat pemerintah. Pada abad ke-20, fasisme muncul di Italia dalam bentuk Benito Mussolini. Sementara itu di Jerman, juga muncul sebuah paham yang masih bisa dihubungkan dengan fasisme, yaitu Nazisme pimpinan Adolf Hitler. Nazisme berbeda dengan fasisme Italia karena yang ditekankan tidak hanya nasionalisme saja, tetapi bahkan rasialisme dan rasisme yang sangat sangat kuat. Saking kuatnya nasionalisme sampai mereka membantai bangsa-bangsa lain yang dianggap lebih rendah(http://id.wikipedia.org).

Tapi benarkah fasisme hanya berkutat pada seputar kecintaan berlebihan terhadap negara atau pemerintahan? Tidakkah kita sadar bahwa banyak sekali fasisme dalam bentuk lain di sekitar kita yang bersembunyi dibalik topeng yang beraneka ragam. Termasuk di dalam suatu golongan.

Golongan??! Yup!
Bukankah bisa kita lihat di sekitar kita betapa banyak golongan yang dengan prinsipnya masing-masing saling memaksakan kehendaknya dengan cara kekerasan terhadap golongan lain yang mungkin tidak sependapat dengan prinsipnya? Mereka merasa paling benar. Entah golongan itu berupa partai politik, kaum penganut ideologi tertentu atau bahkan AGAMA! Walau tidak semuanya seperti itu.

Tanpa sadar, kecintaan dan kepercayaan mereka terhadap prinsip yang mereka pegang telah menjadi sebuah janin yang akhirnya akan melahirkan bibit-bibit fasis 
dalam bentuk lain bahkan rasis. Tanpa sadar ketika mereka berusaha memaksakan prinsipnya dengan kekerasan kepada orang lain itu saja sudah cukup untuk melahirkan sebuah sikap fasis. Sebuah sikap yang tidak menghargai perbedaan.

Sudah berapa banyak orang yang menjadi korban fasisme dalam jenis tersebut? Tidak terhitung jumlahnya, sobat! Coba hitung saja korban keganasan kaum puritan hingga korban Zionisme keparat. Korban dari kepicikan Noe-Nazi hingga kebodohan supporter klub sepakbola fanatik sempit. Korban dari keparanoid-an George Bush hingga korban kaum straight edge gadungan yang mengaku sebagai ”hardline” tanpa dia paham apa itu definisi ”hardline” sesungguhnya.. Dan masih banyak lagi...

Sudah saatnya kita menghargai perbedaan. Hidup berdampingan tanpa memperuncing perbedaan. Dan melihat betapa terselubung dan luasnya makna fasisme, sudah saatnya kita berkaca dan bertanya kepada diri kita sendiri apakah kita termasuk fasis?