Thursday 15 January 2009

Hak Asasi Manusia ala Amerika Serikat

Satpam dunia, penegak HAM, penegak demokrasi, liberalis sejati, humanis…
Itu hanya segelintir predikat yang disandang oleh Amerika Serikat. Tentu predikat itu melekat bukan karena tempelkan oleh negara-negara lain, namun ditempelkan sendiri oleh Amerikat Serikat. Melihat hal tersebut, sebagian negara lain mengejek (Iran, Venezuela, Kuba dll), sebagian memuji (negara-negara Eropa) dan sebagian lagi menjilat (Israel, Inggris, Arab Saudi dan mungkin Indonesia).

Jutaan orang tergoda oleh American Dream yang ditawarkan oleh Amerika (baca:Amerika Serikat). Hidup yang glamour, saling toleransi, tidak ada diskriminasi ras, pengakuan hak asasi manusia setinggi-tingginya. Wow…sangat sempurna sekali kehidupan di Amerika dari perspektif kehidupan bertenggang rasa.

Tak hanya menjanjikan kehidupan yang penuh pengakuan HAM, namun AS juga mulai mengatur penegakan HAM di dunia ini. Setidaknya Amerika sudah mengeluarkan pernyataan bahwa ada 10 negara teratas dalam pelanggaran HAM, seperti dilansir Departemen Luar Negeri (Deplu) AS. Mereka adalah Korea Utara (Korut), Myanmar, Iran, Suria, Zimbabwe, Kuba, Belarusia, Uzbekistan, Eritrea, dan Sudan. Dan mungkin akan bertambah lagi menyesuaikan “keinginan hati” AS.

Melihat pernyataan Deplu-nya AS itu, banyak pihak menganggap hal tersebut sebuah hal yang ironis. Ibaratnya gajah dipelupuk mata tak tampak, semut diujung lautan justru ditampak-tampakan. AS sendiri tidak “merasa” bahwa seharusnya mereka berada diurutan paling atas di daftar negara-negara pelanggar HAM.

Kita semua yang masih punya mata pasti tahu, jutaan nyawa melayang di beberapa belahan dunia, akibat arogansi pemerintahan AS. Tidak hanya pada tahun-tahun terakhir.

Penelitian yang dilakukan Opinion Research Business (ORB) pada September 2007 menunjukkan jumlah korban tewas perang Irak mencapai lebih dari satu juta jiwa. Pembantaian yang dilakukan atas nama demokrasi itu menghabiskan dana hingga USD3 triliun, seperti disebut Joseph Stiglitz, mantan Presiden Bank Dunia yang juga peraih hadiah nobel bidang ekonomi dalam bukunya berjudul The Three Trillion Dollar War: The True Cost of the Iraq Conflict.

Selain pada dua perang yang tak berdasar seperti di Irak dan Afghanistan tersebut, AS juga melakukan pelanggaran HAM di penjara Guantanamo di Teluk Kuba, di Irak, di Afghanistan atau dimanapun Amerika Serikat punya kamp tahanan. Dan jangan lupa kasus diskriminasi AS terhadap kulit hitam dan orang-orang Islam untuk mendapatkan fasilitas umum.

Dan yang terbaru adalah sikap AS terhadap serangan Israel di Gaza. Ratusan warga sipil tewas, dan AS hanya diam saja. Bahkan membela Israel dengan pernyataan bahwa serangan itu untuk membela diri. Sungguh buta atau pura-pura buta mata AS itu.

Serangan Israel yang terbukti menggunakan senjata yang mengandung uranium tak membuat AS mengambil sikap tegas terhadap Israel. Tak seperti ketika AS melancarkan tuduhan terhadap Irak, Iran, Korut dan negara lain dengan tuduhan mengembangkan senjata terlarang, walau akhirnya beberapa tuduhan itu tak terbukti. Tak hanya tuduhan yang dilancarkan, namun juga serangan fisik demi membongkar rahasia senjata terlarang yang “dikembangkan” negara lain.

Bagi anda yang pernah menonton film Sick-O, pasti akan melihat betapa AS sangat “menjunjung tinggi” HAM bagi orang-orang yang sedang sakit. Di dalam film semi-dokumenter itu terlihat jelas bagaimana perlakuan AS dalam “meliberalisasikan” fasilitas kesehatan bagi rakyatnya sendiri. Terlihat nyata bagaimana perlakuan AS yang sangat buruk terhadap rakyatnya sendiri yang sedang sakit namun tak mempunyai biaya.

Sungguh buta mata orang yang masih menganggap AS sebagai negara yang menghargai HAM.

Kemunafikan AS dalam hal HAM ini sudah pasti diakui semua orang bahkan oleh mereka yang menjilat ujung kaki AS. Namun apa mau dikata, dia lah satpam dunia, dia lah yang adi kuasa, dia lah firaun berbentuk pemerintahan, dan mungkin dia lah “Tuhan” di dunia. Begitulah kalau sebuah negara dibangun dengan penjajahan, pembantaian dan invasi. Ingat, bahwa wilayah yang sekarang menjadi negara adidaya itu sesungguhnya bukanlah milik mereka. Namun merupakan hasil rampokan dari suku-suku asli yang mendiami disana. Dan apa yang diperbuat penjajah itu kepada suku asli tersebut sungguh jauh dari sikap penghormatan terhadap hak asasi manusia.

Sungguh salut terhadap mereka yang terang-terangan berani menunjukkan jari tengahnya terhadap AS. Diluar konteks yang lain, acungan jempol pantas diberikan kepada Ahmadinejad, Hugo Chaves, Fidel Castro, Saddam Husein dan semua United State’s ass kickers.

Tentu yang dimaksud Amerika Serikat dalam artikel ini bukan semua rakyat Amerika. Namun, yang dimaksud adalah pemerintahnya dan sebagian rakyatnya yang hatinya masih tertutup kemunafikan.


Baca semua......

Tuesday 6 January 2009

Belang Obama pun Terkuak


sumber:http://mikekono.wordpress.com

Menyandang Hussein di tengah namanya, banyak orang memendam harapan tinggi, Barack Hussein Obama, sang Presiden USA terpilih yang akan menghuni White House 20 Januari itu, akan memberi keuntungan (politis) bagi dunia Islam.

Atau setidaknya dia akan lebih moderat dan getol membela penegakan HAM serta mewujudkan perdamaian di kawasan Timur Tengah, ketimbang pendahulunya si pemberang George Bush, yang baru saja ditimpuk sepatu oleh Al-Zaidi.

Tetapi apa hendak dikata, harapan berhenti sebatas harapan. Belang Obama terlalu cepat terkuak. Seperti pernah saya tulis di blog ini beberapa bulan lalu, kita (Indonesia dan dunia Islam) memang tak selayaknya terlalu berharap pada seorang Obama.(Lihat postingan berjudul : Jangan Terlalu Berharap pada Obama, 25 Okt 2008)


Belum lagi secara resmi menjabat sebagai Presiden negeri Paman Sam itu, belang Obama sudah terkuak. Ketika terjadi teror bom di Mumbai India yang menewaskan warga Barat beberapa bulan lalu, Obama langsung bereaksi keras mengecam aksi itu.

Tapi saat Israel meluluhlantakkan Jalur Gaza Palestina dan menewaskan ratusan nyawa manusia tak bersalah, Obama diam seribu bahasa. Bahkan dia masih bisa santai dan asyik main basket. Alaaamak….!

Untuk membedakannya dengan George Bush, banyak kalangan berharap Obama memperlihatkan sikap penyesalannya terhadap aksi membabibuta Israel tersebut. Sayang, hingga kini Obama tak jua memperlihatkan keprihatinannya terhadap situasi mutakhir di Timur Tengah itu.

Lalu, bagaimanakah kita memandang sikap double standard Obama itu ? Sejatinya, Obama tak bisa disalahkan sepenuhnya. Dia berada dalam posisi gamang. Mungkin saja dalam hati kecilnya, dia ingin menentang aksi kejam Israel itu.

Tetapi di sisi lain, dia kini menyandang status sebagai Presiden AS. Negeri yang selalu menjadi sekutu utama Israel. Sikap Obama yang tak mungkin keras terhadap Israel juga telah diperlihatkannya saat menunjuk Hillary Clinton sebagai Menlu, yang notabene dikenal sebagai sosok yang selalu konsisten membela kepentingan Israel dalam konflik Timur Tengah.

Obama sebagai seorang manusia biasa mungkin saja akan menentang aksi kekerasan dalam menyelesaikan konflik. Tapi, Obama sebagai orang nomor satu di Gedung Putih, sudah pasti akan berpegang pada kebijakan baku politik luar negeri AS, yang selamanya akan berpihak pada Israel.

So…., yang keliru adalah mereka yang selama ini terlalu memendam ekspektasi berlebih kepada seorang Obama. Akhirnya belum lagi dilantik, belang Obama sudah terkuak. Obama telah memberi kekecewaan bagi para pengagumnya selama ini, terutama dari kalangan masyarakat muslim Indonesia dan dunia. Obama….., teganya dikau !

==========================================================
bagaimana dengan anda? apakah masih mau berharap banyak dengan Obama?(ajix)


Baca semua......