Tuesday, 28 April 2009

Jews for Palestine - Pelajaran mengenai “generalisasi”

Sumber: http://indonesian.dreamhosters.com/

Luar biasa, sangat mengharukan. Saya menemukan surat pembaca dari berbagai tokoh Yahudi di Inggris, yang menyatakan kecaman mereka terhadap Israel.

Di tengah semua kemarahan, emosi, ketidak adilan, dan kekejaman di sepotong kecil tanah bernama Gaza; alhamdulillah masih ada sekelompok orang-orang yang masih bisa berpikir dengan rasional dan kritis. Dan mengutamakan hati kecil mereka daripada egonya.

Terlampir adalah surat mereka ke koran Guardian di Inggris :
"

We the undersigned are all of Jewish origin.

When we see the dead and bloodied bodies of young children, the cutting off of water, electricity and food, we are reminded of the siege of the Warsaw Ghetto. When Dov Weisglass, an adviser to the Israeli prime minister, Ehud Olmert, talked of putting Gazans “on a diet” and the deputy defence minister, Matan Vilnai, talked about the Palestinians experiencing “a bigger shoah” (holocaust), this reminds us of Governor General Hans Frank in Nazi-occupied Poland, who spoke of “death by hunger”.

The real reason for the attack on Gaza is that Israel is only willing to deal with Palestinian quislings. The main crime of Hamas is not terrorism but its refusal to accept becoming a pawn in the hands of the Israeli occupation regime in Palestine.

The decision last month by the EU council to upgrade relations with Israel, without any specific conditions on human rights, has encouraged further Israeli aggression. The time for appeasing Israel is long past. As a first step, Britain must withdraw the British ambassador to Israel and, as with apartheid South Africa, embark on a programme of boycott, divestment and sanctions.

Ben Birnberg, Prof Haim Bresheeth, Deborah Fink, Bella Freud, Tony Greenstein, Abe Hayeem, Prof Adah Kay, Yehudit Keshet, Dr Les Levidow, Prof Yosefa Loshitzky, Prof Moshe Machover, Miriam Margolyes, Prof Jonathan Rosenhead, Seymour Alexander, Ben Birnberg, Martin Birnstingl, Prof. Haim Bresheeth, Ruth Clark, Judith Cravitz, Mike Cushman, Angela Dale, Merav Devere, Greg Dropkin, Angela Eden, Sarah Ferner, Alf Filer, Mark Findlay, Sylvia Finzi, Bella Freud, Tessa van Gelderen, Claire Glasman, Ruth Hall, Adrian Hart, Alain Hertzmann, Abe Hayeem, Rosamene Hayeem, Anna Hellmann, Selma James, Riva Joffe, Yael Kahn, Michael Kalmanovitz, Ros Kane, Prof. Adah Kay, Yehudit Keshet, Mark Krantz, Bernice Laschinger, Pam Laurance, Dr Les Levidow, Prof. Yosefa Loshitzky, Prof. Moshe Machover, Beryl Maizels, Miriam Margolyes, Helen Marks, Martine Miel, Diana Neslen, O Neumann, Susan Pashkoff, Hon. Juliet Peston, Renate Prince, Roland Rance, Sheila Robin, Ossi Ron, Manfred Ropschitz, John Rose, Prof. Jonathan Rosenhead, Leon Rosselson, Michael Sackin, Ian Saville, Amanda Sebestyen, Sam Semoff, Prof. Ludi Simpson, Viv Stein, Inbar Tamari, Ruth Tenne, Norman Traub, Eve Turner, Tirza Waisel, Karl Walinets, Renee Walinets, Stanley Walinets, Philip Ward, Naomi Wimborne-Idrissi, Ruth Williams, Jay Woolrich, Ben Young, Myk Zeitlin, Androulla Zucker, John Zucker "


Para Yahudi ini justru menyarankan boikot, penarikan investasi, dan hukuman-hukuman bagi Israel. Mudah-mudahan kita bisa menjalankan saran-saran mereka tersebut.

Juga, semoga kita bisa selalu ingat untuk tidak menggeneralisir bahwa “semua Yahudi itu jahat”. Di antara mereka, masih ada segelintir kecil yang hatinya turut menangis untuk rakyat Palestina. Tidak itu saja, mereka juga secara aktif menentang penjajahan & kezaliman Israel terhadap Palestina.

Beberapa bahkan membayar sikap mereka tersebut dengan nyawanya.

Quran tidak mengajarkan kita untuk membenci Yahudi. Namun, untuk waspada terhadap tipu daya dan makar dari sebagian mereka.
Memvonis seluruh Yahudi jahat karena kejahatan sebagian dari mereka adalah generalisasi. Ini termasuk pada ketidak adilan - dan jelas ini tidak dibenarkan oleh Islam. Islam adalah agama yang sangat menitik beratkan fokus pada keadilan. Jangan sampai kita terjerumus kepada menzalimi sebagian pihak, hanya karena kebencian & emosi kita.

Satu contoh lagi adalah Neturei Karta. Slogan mereka adalah Orthodox Jews United Against Zionism (*).
Ketika beberapa diantara kita mungkin hanya duduk di belakang meja dan bersimpati tanpa banyak melakukan sesuatu, para anggota Neturei Karta aktif dan gencar turun langsung ke lapangan menentang Zionisme. Luar biasa.

Yahudi juga manusia. Mereka mampu untuk melakukan kebaikan. Namun, sebagian mereka juga mampu melakukan kejahatan, seperti manusia lainnya juga. Kita musti bisa bertindak secara adil terhadap semua ini.

Satu contoh Yahudi yang pantas untuk ditindak adalah Howard Schultz. Chairman, president, dan CEO dari Starbucks, Schultz dengan aktif mendukung negara Israel, dan mengkampanyekan keberadaannya. Tentunya dia bukan tidak tahu mengenai berbagai kejahatan Israel. Namun tetap saja Schultz mendukung Zionisme.

Yah, alhamdulillah menemukan informasi ini. Menuruti himbauan dari rekan-rekan Yahudi di Inggris di atas, sekarang saya jadi sangat malas untuk ngopi di Starbucks.
Yuk kita ramaikan saja Bakoel Koffie, atau warung-warung lainnya.

Hari ini saya mendapat pelajaran yang sangat berharga mengenai kemanusiaan, empati, nurani, keadilan dan logika. Semoga bisa bermanfaat juga untuk Anda.

(*) Zionisme sebetulnya adalah salah satu bentuk ekstrimisme / zealotry dalam beragama. Dalam teks agama Yahudi sendiri sebetulnya tidak ada mengharuskan mereka untuk kembali lagi ke tanah Palestina. Zionists memilih penafsiran yang ekstrim, plus implementasi yang tidak kalah ekstrimnya lagi. Hasilnya, seperti yang sudah dan sedang kita saksikan, adalah derita berkepanjangan dari rakyat Palestina.

Neturei Karta, walaupun beraliran Orthodox, namun bisa memahami teks / ajaran agama mereka dengan baik / tidak ekstrim. Karena itu mereka bisa menyadari kekeliruan Zionists, dan tidak turut terjerumus kesitu.

Mudah-mudahan kita bisa meniru teladan mereka ini - terhindar dari berlebih-lebihan / ekstrimisme dalam beragama.